Diana: "Ya udah kamu sabar aja ya, aku yakin suatu saat Andre pasti sadar sama apa yang udah dia lakuin ke kamu"
Aku: "Iya makasih ya diana, kamu udah baik banget sama aku."
Diana: "Iya sama-sama. Bagaimana kalau kita sahabatan? Kamu mau gak? Kalo gak mau juga gak papa sih."
Dalam hati aku berkata "Ya mau lah orang kamu baik banget sama aku. Aku pasti bahagia sahabatan sama kamu" dan langsung saja aku menjawab pertanyaannya.
Aku: "Ya jelas mau dong, aku pasti bahagia punya sahabat seperti kamu."
Diana: "Sahabatan untuk selamanya ya"
Aku: "Ok :)"
Dan setelah itu kami kembali ke kelas karena bel pelajaran sudah berbunyi. Aku senang banget waktu itu karena aku punya sahabat yang baik banget sama aku. Dan terima aku apa adanya. Kami menjalani waktu bersama-sama. Ada masalah, sedih, senang, marahan semua kita jalanin. Sampai akhirnya kita akan menjalani ujian kenaikan kelas. Aku dan Diana pun masih tetap bersama-sama seperti biasanya. Kita ada di ruang yang sama. Dan tentunya aku sangat senang sekali. Sampai pengumuman kenaikan kelas di umumkan. Dan untungnya satu kelasku naik kelas 8 semua. Aku masuk ke kelas 8E dan Diana masuk ke kelas 8C. Jujur saja, aku sedih berpisah kelas sama dia. Tapi mau bagaimana lagi?
Sudah lama kita menjalani kelas 8, hubungan kita juga masih baik-baik saja. Sampai akhirnya, aku lihat Diana sudah punya sahabat baru. Katanya sih Dewi. Sebelumnya aku merasa biasa saja. Lama-kelamaan, aku jadi minder karena Dewi lebih cantik, kaya, dan pintar daripada aku. Tapi, Diana masih juga mau berteman denganku. Itu yang aku suka dari dia. Dia berteman dengan siapapun dan tidak pandang apapun. Mau temannya miskin/kaya, cantik/jelek, pintar/enggak. Tapi jelas dia pilih teman yang perilakunya baik.
Akhirnya, salah satu teman sekelasku ada yang masuk rumah sakit karena terserang penyakit tipes. Aku bersama 6 teman sekelasku datang menjenguknya di rumah sakit. Dan ada juga 2 temanku dari kelas lain. Teman sekelasku adalah Vini, Devi, Tara, Ajeng, dan Delia. Dan temanku dari kelas lain bernama Sandra dan Nina. Belum lama mengenal mereka, mereka sudah bersikap baik kepadaku. Sampai menjenguk teman sekelasku yang bernama Mila, kami disana pun bercanda bersama-sama, curhat bareng, dan lain-lain. Sampai akhirnya Vini mengusulkan sesuatu.
Vini: "Kayaknya biar lebih kompakan lagi, kita semua mulai sekarang bersahabat. Gimana, kalian semua setuju?"
Kami bersama pun masih mikir-mikir apa kami setuju atau tidak. Lalu kami semua bersepakat untuk mulai sekarang bersahabat. Dan kita punya aturan untuk saling terbuka satu sama lain. Dan kamipun bersahabat dengan sangat kompak. Sampai akhirnya, aku melihat Diana sangat bahagia sekali dengan Dewi, aku rasa dia sudah punya sahabat yang lebih baik daripada aku. Dan aku pun mulai menjauhinya, karena rasa minder itu masih ada di benakku. Dan aku sudah punya sahabat baru. Seperti mereka semua, Vini, Devi, Tara, Ajeng, Delia, Sandra, Nina, dan Mila. Tapi tetap saja, aku tidak akan melupakan Diana. Karena bagaimanapun dia masih tetap sahabatku. Dalam hati ini, masih ada rasa untuk tetap dekat dengannya seperti dulu waktu kelas 7.
Aku pun masih sering curhat, pulang bareng, main bareng dengan Diana. Tapi rasanya sudah gak enak lagi. Karena hal biasa yang aku lakukan dengan dia sudah pernah dia lakukan sama orang lain. Tapi juga apa salahnya? Dia berhak punya banya sahabat. Karena dia sangat baik, menurutku dia sahabat yang sempurna. Dari aku pacaran sama Andre sampai putus pun dia masih sering denger curhatanku. Sampai akhirnya, ada temanku yang bernama Fadli, menyukai temenku kelas 7 dulu bernama Candra. Rasanya pengen sekali "mencomblangkan" mereka berdua. Tapi, Candra terlalu sombong. Dia menolak Fadli mentah-mentah dan hanya memanfaatkannya saja. Sebelum dia di tembak Fadli, dia menuyuruh-nyuruh Fadli untuk melakukan apa yang dia mau sesukanya. Dan saat Fadli sudah menuruti apa yang dia mau, dia malah menolak Fadli di depan seluruh teman-temannya. Candra memang keterlaluan. Perempuan macam apa dia yang bisanya cuma bikin sakit hati orang.
Lalu, aku sekarang jadi dekat dengan Fadli, karena dia sering curhat tentang Candra ke aku. Sebenernya aku kasian sama dia. Tapi bagaimana lagi? Aku tidak bisa memaksa Candra untuk menerimanya. Lagian, aku juga gak "respect" sama Candra, karen keangkuhannya. Setelah lama aku dekat dengan Fadli, semua orang disekolah mengira aku berpacaran dengannya. Padahal, aku hanya jadi sebatas teman curhat untuknya agar dia tidak putus asa menyukai seorang perempuan. Pada waktu di kantin bersama teman-teman, kemudian Nina bilang sesuatu sama aku.
Nina: "Eh, Manda. Kamu jadian ya sama Fadli? Kok kemana-kemana berdua terus. Pasti ada sesuatu ya?"
Aku: "Ih Nina, sesuatu apaan coba. Dia deket sama aku cuma buat curhat doang kok. Lagian dia juga lagi patah hati."
Sandra: "Udah, kamu jadian saja sama dia. Lagian, diliat-liat kamu sama Fadli punya chemistry loh"
Tara: "Bener itu si Sandra. Wajah kamu juga mirip."
Aku: "Udah aha kenapa jadi ngomongin si Fadli sih. Yuk kita balik ke kelas udah bel masuk ini."
Sepulang sekolah pun aku memikirkan perkatan teman-teman yang tadi.
Aku (dalam hati): "Aku pikir-pikir, gak buruk juga kalau aku suka sama Fadli, lagian aku merasa nyaman kalau dekat dia."
Aku (dalam hati): "Eh kenapa aku jadi mikirin temen-temen sama si Fadli yah. Udah aha mau tidur."
Next Amanda part 3
No comments:
Post a Comment